KERENDAHAN HATI



Wiweko Soepono adalah penerbang Indonesia kelahiran Blitar, 18 Januari 1923. Pada era 80-an,
ia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi direktur utama Garuda, maskapai penerbangan terbesar
di negara ini.


Saat itu, Garuda sedang jaya-jayanya dan begitu banyak pembaruan di sana-sini. Salah satunya tentu saja
pembelian pesawat-pesawat baru. Akan tetapi, ada satu perhatian yang membuat Wiweko tertarik. Bahwa
kru yang selalu disertakan dalam satu kokpit penerbangan menurutnya terlalu banyak. Biasanya, seorang
pilot didampingi oleh empat orang lainnya, yaitu co-pilot, filght engineer, navigator, dan radio operator.

Wiweko kemudian mengurangi awak kokpit setiap penerbangan Garuda menjadi tiga orang. Tugas navigator
dan radio operator diserahkan kepada pilot. Filght engineer tetap digunakan. Jadilah pesawat Dc-8 milik Garuda
yang biasanya berisi lima kru di dalam kokpit menciut tiga orang.

Pada masa itu juga, Garuda berniat membeli beberapa pesawat baru dari Airbus, perusahaan penerbangan Eropa
yang sekarang terkenal dengan super-jumbo-jet A380. Wiweko lalu meminta kokpit Airbus A300 yang akan dipesan
diubah rancangannya menjadi hanya berisi dua orang. Pertimbangan ini juga mengingat flight engineer, yang awalnya
masih ingin ia pertahankan, akhirnya ikut dibebastugaskan. Hal ini juga berdasarkan pengalaman Wiweko terbang
solo melintasi Samudera Pasifik yang ternyata memberikan pencerahan kepadanya tentang peran seorang flight
engineer yang tidak terlalu penting.

Demikianlah akhirnya pesanan pesawat Garuda yang cukup banyak kepada Airbus dibuat dengan dua kru di dalam
kokpit atau istilah yang dibuat oleh Airbus adalah 'Two-Man Forward Facing Crew Cockpit'. Ternyata, di kemudian
hari banyak maskapai penerbangan lain yang meniru rancangan ini karena terbukti dapat membuat penerbangan menjadi
lebuh efisien.

Direktur Airbus saat itu menawarkan agar nama Wiweko dicantumkan dalam penyebutan istilah kokpit berisi dua kru ini.
Namun, dengan rendah hati, ia menolak dan mengusulkan nama 'Garuda Design' saja ketimbang namanya. Jadilah
rancangan kokpit baru itu bernama 'Garuda Design' yang seiring waktu berjalan tidak pernah disebut lagi mengingat saat
ini nyaris hanya Air Fone One (pesawat kepresidenan Amerika Serikat) saja yang dikenal (masih dilengkapi navigator dan
flight engineer). Padahal, semua pesawat di dunia didesain dengan ' Garuda Design'.

Begitulah, kerendahan hati yang terlintas jelas dalam Bapak Wiweko. Luar biasa!
Lebih baru Lebih lama